Friday 10 January 2014

Ada kami Travellingan Bebarengan di YOGYAKARTA

Liburan tahun ini sangat mengesankan, kami kembali mengexplore Yogyakarta dan luar Yogyakarta, walaupun travelling ke satu tempat yang sama tidak akan sama rasanya karena moment yang didapat pasti akan jauh berbeda  :)

Oke guys cekidot untuk #Racunrip dari @TB_Ngan :


Tanggal 26 Desember 2013 (Day I)

Gak banyak yang diexplore karena kami baru sampai pagi dari Jakarta, kami hanya mampir melihat "Kraton Yogyakarta" pergi menggunakan Becak dan memnadangi Yogyakarta yang saat itu panas cetar membahana *Syahrini Mode : On*
Kami menghirup udara panas dan polusi Yogyakarta dengan hati senang walalupun sebenernya sih gue capek bgt, karna udah saking kangennya, kayanya satu jam tidak ngapa-ngapain diJogja itu sayang bgt *fiuh*

 Perjalanan dari terminal Lebak-Bulus ke Terminal Jombor *muka masih segar*
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan[2] yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman[3].
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan)[4][5]. Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol[11] yang biasanya bergaya Semar Tinandu[12] . Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang disebut Renteng atau Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen yang khas.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing seperti Portugis, Belanda, bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut ditopang oleh tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah bangunan, serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan emas maupun yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif. Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki lantai utama yang lebih tinggi[13]. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya. Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri.

Alun-alun Lor adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara Keraton Yogyakarta. Dahulu tanah lapang yang berbentuk persegi ini dikelilingi oleh dinding pagar yang cukup tinggi. Sekarang dinding ini tidak terlihat lagi kecuali di sisi timur bagian selatan. Saat ini alun-alun dipersempit dan hanya bagian tengahnya saja yang tampak. Di bagian pinggir sudah dibuat jalan beraspal yang dibuka untuk umum.
Di pinggir Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili Moraceae) dan di tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang disebut dengan Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari). Kedua pohon ini diberi nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru[22]. Pada zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem [23] yang boleh melewati/berjalan di antara kedua pohon beringin yang dipagari ini. Tempat ini pula yang dijadikan arena rakyat duduk untuk melakukan "Tapa Pepe"[24] saat Pisowanan Ageng[25] sebagai bentuk keberatan atas kebijakan pemerintah[18]. Pegawai /abdi-Dalem Kori akan menemui mereka untuk mendengarkan segala keluh kesah kemudian disampaikan kepada Sultan yang sedang duduk di Siti Hinggil.
Di sela-sela pohon beringin di pinggir sisi utara, timur, dan barat terdapat pendopo kecil yang disebut dengan Pekapalan, tempat transit dan menginap para Bupati dari daerah Mancanegara Kesultanan[17]. Bangunan ini sekarang sudah banyak yang berubah fungsi dan sebagian sudah lenyap. Dahulu dibagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi kompleks yang terpisah, Pagelaran.

Pada zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak. Di antaranya adalah upacara garebeg serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan, pisowanan ageng, dan sebagainya. Sekarang tempat ini sering digunakan untuk berbagai acara yang juga melibatkan masyarakat seperti konser-konser musik, kampanye, rapat akbar, tempat penyelenggaraan ibadah hari raya Islam sampai juga digunakan untuk sepak bola warga sekitar dan tempat parkir kendaraan.


(Day II) 27 Desember 2013 : Candi Prambanan, Kraton Candi Ratu Boko, Taman Nasional Merapi, Goa Jepang Dan Teman-temannya


Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara (berarti biara di bukit yang penuh kedamaian) ini didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.
Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur. Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.
Bila masuk dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah
gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan 'Panabwara'. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi 'kekuatan' sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Sekitar 45 meter dari gapura kedua, anda akan menemui bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya, candi itu digunakan untuk pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.
Sumur penuh misteri akan ditemui bila berjalan ke arah tenggara dari Candi Pembakaran. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Kini, airnya pun masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan bagi pemakainya. Sementara orang-orang Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada harmoni awalnya. YogYES menyarankan anda berkunjung ke Candi Prambanan sehari sebelum Nyepi jika ingin melihat proses upacaranya.
Melangkah ke bagian timur istana, anda akan menjumpai dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.
Meski didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan "Om Rudra ya namah swaha" sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.
 

Sedikit yang tahu bahwa istana ini adalah saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa. Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, barulah ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.
Sebagai sebuah bangunan peninggalan, Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan lain. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya istana ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Itu ditunjukkan dari adanya bangunan berupa tiang dan atap yang terbuat dari bahan kayu, meski kini yang tertinggal hanya batur-batur dari batu saja. Telusurilah istana ini, maka anda akan mendapatkan lebih banyak lagi, salah satunya pemandangan senja yang sangat indah. Seorang turis asal Amerika Serikat mengatakan, "Inilah senja yang terindah di bumi." *dan itu bener bgt, saya sampai tercengang melihat senja iu *NO Hoax*

Zaman dahulu ada sebuah kerajaan di Pengging. sang raja mempunyai seorang putera bernama Joko Bandung. Joko bandung adalah seorang pemuda perkasa, seperti halnya sang ayah, ia juga mempunyai berbagai ilmu kesaktian yang tinggi. bahkan konon kesaktiannya lebih tinggi dari ayahnya karena Joko bandung suka berguru kepada para pertapa sakti.

    Di Prambanan terdapat sebuah kerajaan, Rajanya bernama Raja Boko. sang raja mempunyai seorang puteri berwajah cantik bernama Roro Jongrang. Raja Boko bertubuh tingggi besar sehingga sebagian besar orang menganggapnya sebagai keturunan raksasa.
    Antara Kerajaan pengging dan Kerajaan prambanan terjadi peperangan. Pada mulanya Raja pengging kalah. tentara Pengging banyak yang mati di medan perang.
    Mendengar kekalahan pasukan ayahnya maka Joko Bandung bertekad menyusul pasukan ayahnya. dalam perjalanan, di tengah hutan, Joko Bandung bertemu dan berkelahi dengan seorang raksasa bernama Bandawasa. Menjelang ajal Bandawasa yang juga berilmu tinggi ini ternyata menyusup ke dalam roh Joko Bandung dan minta namanya digabung dengan pemuda itu sehingga putera Raja Pengging ini bernama Joko Bandung Bandawasa.
Joko bandung maju ke medan perang, selama berhari-hari pertarungan berlangsung, namun pada akhirnya pemuda itu dapat mengalahkan dan membunuh Prabu Boko.
    Ketika Joko Bandung memasuki istana kaputren ia melihat Roro Jonggrang yang cantik jelita, Joko Bandung langsung jatuh cinta dan ingin memperisterinya, Namun Roro Jonggrang berusaha mengelak keingginannya karena Roro Jonggrang tahu bahwa pembunuh ayahnya adalaj Joko Bandung.
    Namun untuk menolak begitu saja tentu Roro jonggrang tidak berani, maka Roro Jonggrang mengajukan syarat, ia mau diperisteri oleh Joko Bandung asalkan Pemuda itu bersedia membuatkan seribu candi dan dua buah sumur yang sangat dalam dalam waktu satu malam.
    Menurut anggapan Roro Jonggrang pasti Joko Bandung tidak mungkin dapat memenuhi permintaan tersebut. Diluar dugaan Joko Bandung menyanggupinya. Joko Bandung Bandawasa yang sakti itu minta bantuan makhluk halus. Mereka bekerja keras setelah matahari terbenam, dan satu persatu candi yang diminta oleh Roro Jonggrang mendekati penyelesaian.
Melihat kejadian tersebut, Roro Jonggrang heran karena bangunan candi yang begitu banyak sudah hampir selesai. Pada tengah malam sewaktu makhluk halus melanjutkan tugas menyelesaikan bangunan candi yang tinggal sebuah, Roro Jonggrang membangunkan gadis-gadis desa Prambanan agar menumbuk padi sambil memukul-mukulkan alu pada lesungsehingga kedengaran suara yang riuh. Ayam jantanpun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara-suara tersebut, para makhluk halus segera menghentikan pekerjaannya. Disangkanya hari telah pagi dan matahari hampir terbit. 
 
   Permintaan Roro Jonggrang tidak dapat terpenuhi karena masih kurang satu bangunan candi. marahlah Joko Bandung, karena ulah dan tipu muslihat dari Roro Jonggrang.
    Waktu itulah Bandung mendekati Jonggrang dan berkata," Jonggrang..kau ini hanya mencari-cari alasan, kalau tidak mau jangan mencoba mengelabuhiku, kau ini keras kepala seperti batu!".
Seketika Roro Jonggrang berubah menjadi arca batu besar. Demikian pula para dara yang tinggal di desa Prambanan mendapat kutukan dari Bandung Bandawasa, tidak laku kawin sebelum mencapai usia tua.
    Candi yang dibuat makhluk halus meskipun jumlahnya belum mencapai seribu disebut candi sewu yang berdekatan dengan candi Roro Jonggrang. Maka candi Prambanan disebut juga candi Roro Jonggrang.

Di kawasan dataran tinggi Kaliurang, tepatnya di lereng Gunung Merapi, terdapat kompleks wisata alam bernama Nirmolo Kaliurang. Di dalam kompleks ini, terdapat situs goa peninggalan masa penjajahan Jepang.

Goa peninggalan Jepang ini terlihat sangat eksotis. Letaknya yang berada di pegunungan membuat udara di tempat ini terasa sangat sejuk. Apalagi, pengunjung dapat melihat kawanan monyet di habitat alaminya.

Untuk sampai ke Goa Jepang dari pintu masuk Nirmolo Kaliurang, pengunjung harus menempuh perjalanan menanjak selama 45 menit. Jalur yang dilalui tidak terlalu terjal tapi berliku. Bagi yang tidak suka dengan wisata petualangan, mungkin akan menyerah sebelum sempat sampai ke lokasi Goa Jepang. Tapi bagi yang mampu bertahan, dari pertigaan jalur antara Plawangan dan Goa Jepang, pengunjung dapat menyaksikan keindahan Gunung Merapi dari dekat. Menurut pengelola kompleks wisata alam Nirmolo Kaliurang, Goa Jepang yang berada di Kaliurang dahulu difungsikan oleh tentara Jepang sebagai tempat tinggal dan berlindung dari tentara sekutu. Berbeda dengan karakter Goa Jepang yang ada di beberapa kota lain di Indonesia, seperti di Bandung, Papua, Bali, NTT, dan Jawa Timur, Goa Jepang yang berada di Kaliurang berjumlah 25 unit. Goa-goa tersebut saling berhubungan satu sama lain, masih orisinal, dan tanpa penerangan.

Walau tanpa penerangan, pengunjung tidak perlu khawatir ketika memasuki goa ini. Di depan pintu masuk goa pertama, terdapat pemandu yang siap menemani dan menjelaskan berbagai hal tentang goa ini. Dengan biaya yang relatif terjangkau, pengunjung dapat menyewa fasilitas penerangan sekaligus ditemani seorang pemandu.
 Selain Goa Jepang, di kompleks wisata alam Nirmolo Kaliurang yang berada di bawah pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi juga terdapat beberapa situs wisata lain – seperti curug dan Plawangan. Pengunjung akan mendapatkan dua manfaat sekaligus jika berkunjung ke kompleks wisata ini. Selain dapat menikmati wisata alam, pengunjung juga diperkaya dengan pengetahuan sejarah penjajahan Jepang di Indonesia

(Day III) 28 Desember 13 Candi Borobudur & Taman Nasional Merapi


 Saat ini ada tiga jalur pendakian untuk mencapainya, yaitu jalur Kinahrejo/ Kaliadem dari sisi selatan, Jalur Babadan melalui lereng barat, dan Jalur Selo/ Plalangan dari sebelah utara puncak Merapi. Pendakian dari arah utara merupakan jalur yang disarankan karena mempunyai lereng yang lebih landai. Waktu yang baik untuk melakukan pendakian adalah antara bulan Juni – Agustus. Selang waktu tersebut sudah memasuki musim kemarau dan angin tidak terlalu kencang.
Di lereng barat Gunung Merapi terdapat Pos Babadan yang dilengkapi gua sebagai ruang penyelamatan. Dari pos yang dibangun tahun 1930 ini, kamu bisa lihat morfologi Puncak Merapi yang terjal dengan kubah lava aktifnya. Pada saat gunung sedang aktif, suara-suara guguran lava terdengar cukup jelas.
Di lereng utara Merapi terdapat beberapa objek wisata yang menarik seperti air terjun Kayang setinggi 50 m di Desa Wonolelo. Mata airnya berasal dari Tuk Sanga (mata air sembilan) di dusun Windu Kidul lereng Gunung Merbabu. Ada pula arena kemah yang berlokasi di atas air terjun tersebut.
Lokasi : 30-an km utara kota Jogja
Akses objek wisata : karena jalur yang disarankan adalah jalur utara atau jalur Selo, maka ketika mau mendaki, kamu bisa lewat Kabupaten Boyolali, dan menginap di Desa Lencoh/ Blumbangsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Di desa tersebut ada penginapan atau beberapa rumah penduduk yang dapat disewa dan sekaligus menyediakan jasa pemandu (guide) yang berpengalaman.
Fasilitas : 6 pos pengamanan, gua perlindungan
TIPS : Kalo mau naik izin dulu ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang berada di Jl. Baciro, Lempunyangan. Di tempat ini bayar tiket pendakian Rp. 1.500,- per orang. Lalu kalau mau nginap dan bikin kegiatan bayar retribusi per hari per kelompok sebesar Rp. 15.000,- sampe Rp. 20.000,-. Juga bikin 2 buah materai buat surat izin masuknya.
- See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini. - See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini. - See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Di lereng barat Gunung Merapi terdapat Pos Babadan yang dilengkapi gua sebagai ruang penyelamatan. Dari pos yang dibangun tahun 1930 ini, kamu bisa lihat morfologi Puncak Merapi yang terjal dengan kubah lava aktifnya. Pada saat gunung sedang aktif, suara-suara guguran lava terdengar cukup jelas.





Di lereng utara Merapi terdapat beberapa objek wisata yang menarik seperti air terjun Kayang setinggi 50 m di Desa Wonolelo. Mata airnya berasal dari Tuk Sanga (mata air sembilan) di dusun Windu Kidul lereng Gunung Merbabu. Ada pula arena kemah yang berlokasi di atas air terjun tersebut.
Lokasi : 30-an km utara kota Jogja
Akses objek wisata : karena jalur yang disarankan adalah jalur utara atau jalur Selo, maka ketika mau mendaki, kamu bisa lewat Kabupaten Boyolali, dan menginap di Desa Lencoh/ Blumbangsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Di desa tersebut ada penginapan atau beberapa rumah penduduk yang dapat disewa dan sekaligus menyediakan jasa pemandu (guide) yang berpengalaman.
Fasilitas : 6 pos pengamanan, gua perlindungan
TIPS : Kalo mau naik izin dulu ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang berada di Jl. Baciro, Lempunyangan. Di tempat ini bayar tiket pendakian Rp. 1.500,- per orang. Lalu kalau mau nginap dan bikin kegiatan bayar retribusi per hari per kelompok sebesar Rp. 15.000,- sampe Rp. 20.000,-. Juga bikin 2 buah materai buat surat izin masuknya.
- See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Di lereng barat Gunung Merapi terdapat Pos Babadan yang dilengkapi gua sebagai ruang penyelamatan. Dari pos yang dibangun tahun 1930 ini, kamu bisa lihat morfologi Puncak Merapi yang terjal dengan kubah lava aktifnya. Pada saat gunung sedang aktif, suara-suara guguran lava terdengar cukup jelas.
Di lereng utara Merapi terdapat beberapa objek wisata yang menarik seperti air terjun Kayang setinggi 50 m di Desa Wonolelo. Mata airnya berasal dari Tuk Sanga (mata air sembilan) di dusun Windu Kidul lereng Gunung Merbabu. Ada pula arena kemah yang berlokasi di atas air terjun tersebut.
Lokasi : 30-an km utara kota Jogja
Akses objek wisata : karena jalur yang disarankan adalah jalur utara atau jalur Selo, maka ketika mau mendaki, kamu bisa lewat Kabupaten Boyolali, dan menginap di Desa Lencoh/ Blumbangsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Di desa tersebut ada penginapan atau beberapa rumah penduduk yang dapat disewa dan sekaligus menyediakan jasa pemandu (guide) yang berpengalaman.
Fasilitas : 6 pos pengamanan, gua perlindungan
TIPS : Kalo mau naik izin dulu ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang berada di Jl. Baciro, Lempunyangan. Di tempat ini bayar tiket pendakian Rp. 1.500,- per orang. Lalu kalau mau nginap dan bikin kegiatan bayar retribusi per hari per kelompok sebesar Rp. 15.000,- sampe Rp. 20.000,-. Juga bikin 2 buah materai buat surat izin masuknya.
- See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf

  
Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.
Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
 Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. YogYES mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.
Add caption
Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena dampaknya sama sekali.


Gunung Merapi

Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini.
- See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini. - See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini. - See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini. - See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf
 (Day IV) Pantai Depok, Pantai Parangtritis, Tugu Yogyakarta, Malioboro dan Sekitarnya

Keramaian Pantai Depok dimulai sekitar 14 tahun yang lalu, beberapa nelayan dari Cilacap menemukan tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok. Nelayan tersebut membawa hasil yang banyak sehingga mampu menggugah warga Pantai Depok beralih profesi dari petani lahan pasir menjadi nelayan ikan. Bermodal perahu motor yang dilengkapi dengan cadik warga setempat melaut sepanjang tahun, kecuali pada hari-hari tertentu seperti Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon yang masih dianggap keramat. Bulan Juni-September menjadi hari paceklik ikan.

Jarak yang tidak begitu jauh dari Pantai Parangtritis (1,5 kilometer) kawasan Pantai Depok mengalami peningkatan pengunjung, maka dibukalah warung makan sea food dengan nuansa tradisional dengan dirancang lesehan menggunakan tikar dan meja-meja kecil. Meski sederhana, warung makan tampak bersih dan nyaman.

Keindahan kawasan Pantai Depok tidak hanya terletak pada sajian hidangan sea food saja. Di kawasan tersebut kita bisa melihat hamparan gumuk pasir yang terbentang luas sampai ke kawasan Parangkusumo dan Parangtritis. Gumuk pasir yang ada di pantai ini adalah satu-satunya di kawasan Asia Tenggara dan merupakan suatu fenomena yang jarang dijumpai di wilayah tropis. Di sini, anda bisa menikmati hamparan gumuk pasir yuang luas. Gumuk Pasir di kawasan Pantai Depok ini terbentuk melalui proses yang unik selama ribuan tahun yang lalu. Ada beberapa tipe yang terbentuk, yaitu parabolic dune, longitudinal dune, comb dune dan barchan dune. Angin laut dan bukit terjal di sebelah timur menerbangkan pasir hasil aktivitas Merapi yang terendap di dekat sungai menuju daratan, membentuk bukit pasir atau gumuk.


Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.

Pssst, YogYES akan memberitahu sebuah rahasia. Belum banyak orang tahu bahwa di sebelah timur tebing ini tersembunyi sebuah reruntuhan candi. Berbeda dengan candi lainnya yang terletak di daerah pegunungan, Candi Gembirawati hanya beberapa ratus meter dari bibir Pantai Parangtritis. Untuk menuju candi ini, kita bisa melewati jalan menanjak dekat Hotel Queen of the South lalu masuk ke jalan setapak ke arah barat sekitar 100 meter. Sayup-sayup gemuruh ombak laut selatan yang ganas bisa terdengar dari candi ini.
Pantai Parangtritis sangat lekat dengan legenda Ratu Kidul. Banyak orang Jawa percaya bahwa Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Ratu Kidul yang menguasai laut selatan. Hotel Queen of the South adalah sebuah resort mewah yang diberi nama sesuai legenda ini. Sayangnya resort ini sekarang sudah jarang buka padahal dulu memiliki pemandangan yang sanggup membuat kita menahan nafas.

Gunung Merapi

Bagi pecinta tantangan di alam terbuka, objek wisata Gunung Merapi patut disinggahi. Sekitar 30-an km utara kota Jogja kamu akan sampai di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia. Meletus lebih dari 37 kali, yang terbesar pada tahun 1972, menewaskan 3000 jiwa. Sekalipun begitu, gunung dengan ketinggian 2968 meter dpl ini menawarkan panorama alam yang sulit untuk diabaikan. Makanya, banyak pendaki gunung ataupun pecinta alam yang merasa belum puas jika belum sempat menginjakkan kakinya di puncak gunung ini.
- See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf

Sunset yang Romantis di Parangtritis

Ketika matahari sudah condong ke barat dan cuaca cerah, tibalah saatnya untuk bersenang-senang. Meskipun pengunjung dilarang berenang, Pantai Parangtritis tidak kekurangan sarana untuk having fun. Di pinggir pantai ada persewaan ATV (All-terrain Vechile), tarifnya sekitar Rp. 50.000 - 100.000 per setengah jam. Masukkan persneling-nya lalu lepas kopling sambil menarik gas. Brrrrooom, motor segala medan beroda 4 ini akan melesat membawa Anda melintasi gundukan pasir pantai.
Baiklah, ATV mungkin hanya cocok untuk mereka yang berjiwa petualang. Pilihan lain adalah bendi. Menyusuri permukaan pasir yang mulus disapu ombak dengan kereta kuda beroda 2 ini tak kalah menyenangkan. Bendi akan membawa kita ke ujung timur Pantai Parangtritis tempat gugusan karang begitu indah sehingga sering dijadikan spot pemotretan foto pre-wedding. Senja yang remang-remang dan bayangan matahari berwarna keemasan di permukaan air semakin membangkitkan suasana romantis.
Pantai Parangtritis juga menawarkan kegembiraan bagi mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain layang-layang bersama si kecil juga tak kalah menyenangkan. Angin laut yang kencang sangat membantu membuat layang-layang terbang tinggi, bahkan bila Anda belum pernah bermain layang-layang sekalipun.





Tugu Yogyakarta adalah sebuah tugu atau monumen yang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dari kota Yogyakarta. Tugu ini dibangun oleh Hamengkubuwana I, pendiri kraton Yogyakarta. Tugu yang terletak di perempatan Jl Jenderal Sudirman dan Jl. Pangeran Mangkubumi ini, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis menghubungkan laut selatan, kraton Jogja dan gunung Merapi. Pada saat melakukan meditasi, konon Sultan Yogyakarta pada waktu itu menggunakan tugu ini sebagai patokan arah menghadap puncak gunung Merapi.
Tugu ini sekarang merupakan salah satu objek pariwisata Yogya, dan sering dikenal dengan istilah “tugu pal putih” (pal juga berarti tugu), karena warna cat yang digunakan sejak dulu adalah warna putih. Tugu pal ini berbentuk bulat panjang dengan bola kecil dan ujung yang runcing di bagian atasnya. Dari kraton Yogyakarta kalau kita melihat ke arah utara, maka kita akan menemukan bahwa Jalan Malioboro, Jl Mangkubumi, tugu ini, dan Jalan Monumen Yogya Kembali akan membentuk satu garis lurus persis dengan arah ke puncak gunung Merapi.



 Malioboro adalah rangkaian sejarah, kisah, dan kenangan yang saling berkelindan di tiap benak orang yang pernah menyambanginya. Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus berpendar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka untuk terus kembali ke Yogyakarta. Seperti kalimat awal yang ada dalam sajak Melodia karya Umbu Landu Paranggi "Cintalah yang membuat diriku betah sesekali bertahan", kenangan dan kecintaan banyak orang terhadap Malioboro lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.

Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini. Membentang panjang di atas garis imajiner Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi. Malioboro adalah detak jatung keramaian kota Yogyakarta yang terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman. Sejarah penamaan Malioboro terdapat dua versi yang cukup melegenda, pertama diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu Marlborough, seorang residen Kerajaan Inggris di kota Yogjakarta dari tahun 1811 M hingga 1816 M. Versi kedua dalam bahasa sansekerta Malioboro berarti “karangan bunga” dikarenakan tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Lebih dari 250 tahun yang lalu Malioboro telah menjelma menjadi sarana kegiatan ekonomi melalui sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Dari tahun 1758 – sekarang Malioboro masih terus bertahan dengan detak jantung sebagai kawasan perdagangan dan menjadi salah satu daerah yang mewakili wajah kota Yogyakarta. 

Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak telah menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian perkotaan. Setiap bagian dari jalan Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik penting sejarah perkembangan kota Yogyakarta  yang merupakan soko guru Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai perisitiwa penting sejarah Indonesia dimulai dari sini. Pada tanggal 6 Januari 1946, Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda. Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden Soekarno beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Republik yang masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula.


Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan) dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas keamanan pemerintahan Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5 tahun untuk mendapatkan restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan Benteng Rusternburg tersebut. Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh Frans Haak. Kemudian bangunan benteng yang baru tersebut dinamakan Benteng Vredeburg yang berarti perdamaian.





 
 Please don't be hestitate to keep in touch with us :
Email :Travellingan.Bebarengan@gmail.com 
  (G+)
Facebook  : Travellingan Bebarengan
Mobile :  081908028398 (Ayu) _ 081288677069 (chandra

BB  : 73FEB799
Twitter : @TB_Ngan




Di lereng barat Gunung Merapi terdapat Pos Babadan yang dilengkapi gua sebagai ruang penyelamatan. Dari pos yang dibangun tahun 1930 ini, kamu bisa lihat morfologi Puncak Merapi yang terjal dengan kubah lava aktifnya. Pada saat gunung sedang aktif, suara-suara guguran lava terdengar cukup jelas.
Di lereng utara Merapi terdapat beberapa objek wisata yang menarik seperti air terjun Kayang setinggi 50 m di Desa Wonolelo. Mata airnya berasal dari Tuk Sanga (mata air sembilan) di dusun Windu Kidul lereng Gunung Merbabu. Ada pula arena kemah yang berlokasi di atas air terjun tersebut.
Lokasi : 30-an km utara kota Jogja
Akses objek wisata : karena jalur yang disarankan adalah jalur utara atau jalur Selo, maka ketika mau mendaki, kamu bisa lewat Kabupaten Boyolali, dan menginap di Desa Lencoh/ Blumbangsari, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Di desa tersebut ada penginapan atau beberapa rumah penduduk yang dapat disewa dan sekaligus menyediakan jasa pemandu (guide) yang berpengalaman.
Fasilitas : 6 pos pengamanan, gua perlindungan
TIPS : Kalo mau naik izin dulu ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang berada di Jl. Baciro, Lempunyangan. Di tempat ini bayar tiket pendakian Rp. 1.500,- per orang. Lalu kalau mau nginap dan bikin kegiatan bayar retribusi per hari per kelompok sebesar Rp. 15.000,- sampe Rp. 20.000,-. Juga bikin 2 buah materai buat surat izin masuknya.
- See more at: http://www.jogjawae.com/gunung-merapi.html#sthash.HCNfl2NI.dpuf