Gunung Krakatau adalah salah satu gunung berapi aktif yang berada di tengah laut tepatnya di Selat Sunda.Gunung berapi yang terletak sekitar 8 mil laut dari Pulau Sebesi.salah satu pulau yang berpenghuni. Gunung Krakatau sangat menantang untuk didaki dan menarik untuk di amati dari dekat.
Rute
untuk mencapai Krakatau sangat mudah, yakni lewat Canti, Kalianda, Lampung
Selatan. Dari Jakarta Anda menuju arah Merak, lalu dengan menumpang kapal Ferry
(Roro), Pulau Sumatera tepatnya Bakauheuni dapat ditempuh dalam 2,5 jam
pelayaran. Dari sana dibutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai Kalianda.
Canti
merupakan pelabuhan nelayan yang terdekat dengan Krakatau yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat. Biasanya kita dapat menyewa kapal nelayan yang
berbobot mati 5 ton. Kapal tersebut melego jangkarnya kurang lebih 100
meter dari garis pantai, sehingga kita beserta seluruh perlangkapan yang
dibawa harus terlebih dahulu naik sampan sebelum pindah kapal.
Kurang lebih 3,5 jam untuk mencapai pantai Legon Cabe, Rakata Besar.
Legon ini
dulunya bernama Legon Burung Hantu, karena banyak sekali burung hantu, namun
seiring dengan beredarnya waktu burung itu seulit ditemukan karena sering
diburu. Di sini, Anda dapat berkemah di cekungan lembah yang berada 50 meter
dari pantai.
Dari Legon Cabe, perjalanan diteruskan ke Legon Cemara, pantai gunung Anak Krakatau yang memakan waktu setengah jam. Dalam perjalanan terlihat jelas keanggunan Anak Krakatau yang menjulang tinggi, sungguh dramatis, sekan kita berada di negeri antah berantah. Gunung Anak Krakatau memang menyiratkan misteri. Berbagai keanehan sejak dulu menyelimuti gunung yang berdiri kukuh di tengah laut Selat Sunda tersebut. Proses munculnya juga penuh kejutan, berawal dari letusan dahsyat “induknya”, yakni Gunung Krakatau (813 meter) pada 27 Agustus 1883.
Menurut
catatan sejarah yang hingga kini selalu dipromosikan jajaran pariwisata Lampung, Gunung Krakatau
meletus sangat dahsyat, menggemparkan dunia. Semburan lahar dan abunya mencapai
ketinggian 80 km. Sementara abunya mengelilingi bumi selama beberapa tahun.
Dilihat dari Amerika Utara dan Eropa, saat itu cahaya matahari tampak berwarna
biru dan bulan tampak oranye.
Ledakannya
menimbulkan gelombang pasang setinggi 40 meter yang menyapu bersih pantai
sepanjang Teluk Lampung dan pantai barat daerah Banten sekitarnya. Dikabarkan
sedikitnya 36.000 orang waktu itu tewas. Mungkin tidak dilebih-lebihkan, tapi
disebutkan suara letusan Gunung Krakatau tersebut bahkan sampai terdengar di
Singapura dan Australia. Bahkan rangkaian gempa bumi menjalar sampai ke
Australia Selatan, Sri Lanka, dan Filipina.
Sebagaimana dinukilkan dalam
Javanese Book of Kings, Gunung Krakatau Lama (Purba) tingginya kala itu
mencapai 2.000 meter dengan radius 11 km. Tapi, ketika meletus ternyata
ledakannya mengakibatkan tiga perempat tubuhnya hancur dan menyisakan gugusan
tiga pulau kecil: Pulau Sertung, Pulau Panjang dan Pulau Krakatau Besar.
Empat puluh empat tahun
kemudian lahir keajaiban baru. Sekitar tahun 1927 para nelayan yang tengah
melaut di Selat Sunda tiba-tiba terkejut.
Kepulan asap hitam di permukaan laut
menyembul seketika di antara tiga pulau yang ada. Hanya setahun setelah misteri
kepulan asap di laut itu, serta merta muncul benda aneh. “Wajah” asli benda
aneh itu makin hari semakin jelas dan ternyata itulah yang belakangan disebut
Gunung Anak Krakatau.Misteri Gunung Anak Krakatau terus berlanjut. setiap waktu
keajaiban selalu muncul.
Selain letusannya yang membuat wisatawan asing takjub,
Letusan Gunung Anak Krakatau amat indah, ibarat kembang api di tengah pesta.
Setiap sepuluh menit sekali, debu dan lava panas
menyembur
ke udara mencapai ketinggian 30 hingga 50 meter dari puncak. Pada senja atau
malam hari, dari Pulau Sebesi (600 hektar), muntahan Gunung Anak Krakatau itu
bagaikan kembang api. Dari pulau Sebesi yang berjarak sekitar delapan mil laut
dari Anak Krakatau, letusan gunung itu terlihat jelas.
ketinggian gunung
itu tiap hari juga bertambah sekitar satu sentimeter, dari semula hanya
beberapa meter kini malah mencapai sekitar 230 meter.
Mendaki
Gunung yang berada di tengah laut merupakan tantangan tersendiri, Krakatau
salah satunya. Gunung yang pernah meletus tahun 1883 ini, sekarang memiliki dua
puncak yakni Rakata Besar (813 mdpl) dan Anak Krakatau (280 mdpl) yang muncul
tahun 1930.
Di
pulau sekitar Krakatau berada, pertumbuhan vegetasinya sangatlah minim,
terlebih di pulau Anak Rakata yang bisa dijumpai hanya pohon cemara. Malah
perkembangan flora dan fauna di pulau ini sempat terhenti tatkala Anak Krakatau
meletus tahun 1952 dan 1953.
Barangkali,
lambatnya laju perkembangan vegetasi di kawasan ini dikarenakan aktivitas
gunung Anak Krakatau. Hingga kini ketinggian gunung ini bertambah 5 cm setiap
bulannya. Dari kawahnya pun masih sering tersembur batuan dan lava, bahkan
pasir yang ada di punggung gunung itu terasa panas.
Flora
yang dapat ditemui sekarang diantaranya adalah kelapa (Cocos nucifera),
ketapang (Terminalia catappa) dan cemara (Casuariana equisetifolia) sedangkan
faunanya sering terlihat keberadaan biawak (Varanus salvator), penyu hijau
(Cholonia midas), ular phyton (Phyton sp), kalong (Pteropus vampirus), burung
raja udang (Alcedo atthis), kadal dan kupu-kupu.
Mendaki
Anak Krakatau hanya diperkenankan mencapai punggung gunungnya saja, yakni batas
aman yang diijinkan. Itupun sebenarnya sudah rawan, yakni lokasi gunungan pasir
hitam panas yang menjulang bak kerucut ditemani angin yang bertiup dengan
kerasnya.
Dari ketinggian lereng, jelas terlihat pulau Panjang alias Rakata Kecil, Sertung, Rakata
Besar, Siberut dan Panaitan. Beberapa pulau karang atol dengan lautnya yang biru juga
terlihat indah.
Sungguh
Kebesaran Tuhan,sebagai Maha pencipta dan Maha Indah.
Pulau
Sebuku berada di Selat Sunda dan merupakan salah satu pulau terbesar di Selat
Sunda yang memisahkan antara Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau ini terletak di
area Teluk Lampung atau di titik sekira 2,5 km sebelah Utara Pulau Sebesi dan
2,3 km di Selatan Pulau Sumatera. Pulau Sebuku secara administratif berada di
kawasan Kalianda, Lampung Selatan.
Pulau
ini cukup popular sebagai tujuan wisata bahari seperti menikmati panorama
pantai, berenang,
snorkeling atau pun juga diving.
Panorama laut dan pantai di pulau ini cukup memanjakan mata. Gugusan pantai
landai berpasir putih dan air laut berwarna biru kehijauan sudah akan menyita
perhatian dari kejauhan. Keindahan bawah lautnya juga menarik untuk dijelajahi.
Pada 1999, bangkai kapal Jepang ditemukan di dekat Pulau Sebuku.
Pulau
Sebuku adalah pulau tak berpenghuni seluas 17,71 km². Dulunya pada 1920-an,
pulau ini terkenal sebagai area perkebunan penghasil kopra. Akan tetapi, karena
kurangnya pengelolaan menjadikan hasil perkebunan tidak sebesar dahulu.
Tak
jauh dari Sebuku, terdapat Pulau Sebesi seluas 16 km². Pulau tidak berpenghuni
itu kini menyediakan akomodasi untuk wisatawan yang mengunjugi Sebuku atau Anak Gunung Krakatau. Dari kedua pulau ini,
mengamati Anak Krakatau dari kejauhan juga dapat menjadi kegiatan yang menambah
kesan dan pengalaman perjalanan Anda.
Pulau
Sebuku dan Pulau Sebesi memang kurang popular sebagai lokasi menyelam karena
mungkin relatif jauh dari Pulau Jawa atau belum banyak ditemukan titik
penyelaman di kawasan ini. Kebanyakan wisatawan lebih memilih snorkeling atau
menyelam di sekitar Pulau Rakata, atau tepatnya di Lagoon Cabe di Kepulauan
Krakatau. Akan tetapi, bagaimana pun juga, kedua pulau tersebut dapat menjadi
alternatif destinasi wisata selain mendaki Krakatau atau menyelam di sekitar
Kepulauan Krakatau. Keduanya juga dapat pula menjadi bagian dari rangkaian
perjalanan mendaki Anak Gunung Krakatau.
Pulau
Sebuku atau pun Pulau Sebesi adalah dua pulau terdekat untuk mengamati Anak
Gunung Krakatau. Daya tarik Pulau Sebuku misalnya, adalah karena keindahan
pasirnya yang putih bersih dan garis pantainya yang landai dengan air lautnya
jernih berwarna hijau kebiruan. Gugus pantai berpasir putihnya sungguh
memanjakan mata dan cocok untuk sekedar santai menikmati panorama laut atau
berenang tak jauh dari garis pantai.
Beberapa
orang menikmati snorkeling
di Pulau Sebuku. Selain berenang dan snorkeling,
ada tentunya sekaligus melihat keindahan pemandangan Gunung Krakatau dari
kejauhan.
Jangan
lupa untuk mengabadikan momen Anda serta keindahan alam di pulau ini dengan
kamera.
Waspadai ubur-ubur yang membuat sensasi
rasa gatal saat snorkeling di sekitar Pulau Sebuku. Waspadai pula bulu babi
yang kadang ditemukan di sekitar pulau. Tanyakan pada agen perjalanan Anda yang
mungkin lebih memahami medan atau titik yang bagus untuk beraktivitas tersebut
di atas.
Karena berbatasan langsung dengan
Samudera Hindia, pada saat-saat tertentu gelombang laut akan terasa kuat dan
besar. Bagi yang mabuk laut hendaknya mempersiapkan diri dengan obat anti
mabuk, kantung plastik atau lainnya.
Beberapa kapal mungkin tidak
menyediakan pelampung. Apabila memungkinkan, Anda dapat bersiaga dengan membawa
pelampung sendiri.
Listrik di Pulau Sebesi hanya menyala
pukul 6 sore hingga 12 malam. Pastikan Anda memanfaatkan keterbatasan pasokan
listrik tersebut dengan baik.
Please don't be hestitate to keep in touch with us :
Email :Travellingan.Bebarengan@gmail.com (G+)
Email :Travellingan.Bebarengan@gmail.com (G+)
Facebook : Travellingan Bebarengan
Mobile/ WA, Line : 081908028398 (Ayu) _ 081288677069 (chandra)
BB : 73FEB799
Twitter : @TB_Ngan/ IG : Ayupuji
Mobile/ WA, Line : 081908028398 (Ayu) _ 081288677069 (chandra)
BB : 73FEB799
Twitter : @TB_Ngan/ IG : Ayupuji
No comments:
Post a Comment